Pages

Jumat, 29 Januari 2010

PHANTOM EMOTION



A.Phanton emotion kaitannya dengan emosi personal
Phantom emotion atau biasa disebut dengan khayalan merupakan kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan baru dan hal ini dapat terjadi secara disadari ataupun tidak disadari.
Secara disadari,yaitu apabila individu benar-benar menyadari akan fantasinya.
Secara tidak disadari, yaitu apabila individu secara tidak sadar telah dituntut oleh fantasinya.
Misal.
a.Kejadian
Randi pergi menghampiri Rani. Dia memandang boneka Rani bergambar Spoge Bob dan menariknya. Rani spontan berteriak ’lepas, ini punyaku’ dan menarik kembali tasnya. Randi dan Rani saling tarik menarik tas sambil berteriak. Tiba-tiba Randi memukul Rani dengan tangan kirinya di bagian wajah. Wajah Rani kena pukul dan ia pun menangis dengan keras.
Penjelasan,
Randi selalu tertarik dengan apapun yang bergambar Sponge Bob. Ia memaksakan keinginan untuk memiliki benda-benda yang bergambar kartun tersebut. Aksi pemukulan dari Randi muncul karena keinginannya terhambat dan ia memperaktekan cara pengambilan dari apa yang pernah dilihatnya dan terproses dengan baik diingayannya untuk diterapkan.

b.Kejadian
Hari minggu ini adalah waktu yang banyak film kartu, tontonan favorit Bondan adalah naruto. Sehingga ketika disuruh untuk beranjaka dari TV tidak mau, terkadang dia memukul orang yang menyuruhnya. Apalagi pembantu yang sedang bersih-bersih sering di caci-caci.
Penjelasan
Sebagai seorang laki-laki, tontonnya pastinya super hero. Konsepnya dia adopsi dari tokoh naruto. Cerita naruto juga cukup terkenal dikalangan teman sebayanya. Jadi sudah menjadi sebuah tuntutan Bondan untuk menonton.

Komunikasi adalah proses penyampaian lambang-lambang yang berarti
antar manusia. Seseorang menyampaikan lambang-lambang yang mengandung
pengertian tertentu kepada orang lain. Lambang-lambang yang mengandung
pengertian tersebut disebut “pesan” atau message.
Umumnya lambang yang dipergunakan dalam komunikasi adalah bahasa,
baik bahasa lisan maupun tertulis. Dikatakan umumnya, karena seringkali pesan
disampaikan dengan lambang lain, misalnya gambar, isyarat, denah, skema,
grafik, lukisan, foto, dan sebagainya. Isyarat sering pula digunakan sebagai
lambang untuk berkomunikasi. Lambang isyarat dari anggota badan, misalnya
mengangguk menyatakan tanda setuju, mata membelalak tanda marah, bibir
mencibir tanda mengejek atau isyarat lain dengan menggunakan bendera, lampu
warna tertentu, bunyi-bunyian dan masih banyak lagi. Di antara berbagai lambang
tersebut bahasa adalah lambang yang paling banyak digunakan untuk
Karena terdapat berbagai jenis komunikasi, maka di dalam penerapannya
harus dipilih jenis yang paling cocok untuk dipergunakannya. Demikian pula
apabila memerlukan media harus dipilih yang benar-benar sesuai, sebab pada
dasarnya komunikasi dapat dilakukan dengan dua cara sebagai berikut. Yang
pertama komunikasi yang tidak memerlukan media, komunikasi tidak
menggunakan media berupa intercommunication, yaitu komunikasi dengan
dirinya sendiri dan dapat pula bersifat intracommunication atau yang lebih dikenal
dengan komunikasi tatap muka. Artinya, komunikator dengan komunikan
berhadapan secara langsung. Kedua komunikasi dengan menggunakan media,
komunikasi dengan menggunakan media dapat dilakukan dengan menggunakan
media nonmassa.

Media massa sendiri ada dua pengertian, yaitu media massa
tradisional dan media massa modern.

Media massa tradisional misalnya wayang,
ketoprak, ludruk, dan lain sebagainya, sedangkan yang dikategorikan sebagai
media massa modern adalah media cetak, film dan elektronik.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa komunikasi sebagai ilmu sosial,
memiliki berbagai jenis, antara lain intracommunication, intercommunication,
group communication, mass communication, dan sebagainya. Masing-masing
jenis ini memiliki berbagai aspek yang sangat menarik untuk dipelajari dan
diteliti. Aspek-aspek yang dimaksud antara lain yang pertama adalah komponen
komunikasi. Komponen komunikasi terdiri atas : komunikator (communicator),
pesan (message), media, komunikan (communicant), dan efek (effect). Yang
kedua adalah bentuk komunikasi, bentuk komunikasi dapat dibagi menjadi
komunikasi personal (personal communication) yang
terdiri atas komunikasi intrapersonal dan antarpersonal, komunikasi kelompok
(group communication) yang terdiri atas komunikasi kelompok kecil (ceramah,
diskusi panel, simposium, forum, seminar, sumbang saran) dan komunikasi
kelompok besar (large group communication/public speaking). Dan yang paling
akhir bentuknya adalah komunikasi massa, yang dilakukan melalui pers, radio,
televisi, film, dan lain-lain. Komponen komunikasi yang ketiga adalah sifat
komunikasi, komunikasi dapat bersifat tatap muka, bermedia, verbal (lisan dan
tulisan) serta nonverbal (isyarat badaniah, bergambar), yang keempat adalah
metode komunikasi yang mana terdapat delapan jenis metode komunikasi yaitu
jurnalistik (journalism) yang berupa : jurnalistik cetak (printed journalism).
Jurnalistik elektronik (electronic journalism), jurnalistik radio (radio journalism),
jurnalistik televisi (television journalism); hubungan masyarakat (public relation);
periklanan (advertising); pameran (exhibition/exposition); publisitas (publicity);
propaganda; perang urat syaraf (psycological warfare); dan penerangan. (5)
Teknik komunikasi, teknik komunikasi dapat berupa komunikasi informatif
(informative communication); komunikasi persuasif (persuasive communication);
komunikasi instruktif/koersif (instructive/coersive communication); dan yang
terakhir adalah hubungan manusiawi (human relation). Yang keenam adalah
tujuan komunikasi, komunikasi bertujuan untuk mengadakan perubahan sikap
(attitude change); perubahan pendapat (opinion change); perubahan perilaku
(behavior change); dan perubahan sosial (social change). Dan yang terakhir
berdasarkan
dikelompokkan menjadi beberapa bagian, antara lain komunikasi sosial (social
communication); komunikasi manajemen/organisasi (management/organizational
communication); komunikasi perusahaan (business communication); komunikasi
politik (political communication); komunikasi internasional (international
communication); komunikasi antar budaya (intercultural communication);
komunikasi pembangunan (development communication); komunikasi lingkungan
dan
komunikasi

Perilaku Agresi Anak
1. Teori Belajar Sosial
Menurut teori belajar sosial yang dari Bandura, orang cenderung meniru perilaku yang diamatinya. Berbagai penelitian yang dilakukan (Liebert dan Baron, 1972; Joy, 1977) memberikan suatu kesimpulan bahwa efek adegan kekerasan terjadi dalam tiga tahap:
a. Penonton mempelajari metode agresi setelah melihat contoh (observational learning).
b. Kemampuan penonton dalam mengendalikan dirinya berkurang (disinhibition).
c. Perasaan mereka menjadi tidak tersentuh walaupun melihat korban tindakan agresinya (desensitization).
Pada tayangan kekerasan, walaupun pembawa acara berulang kali mengingatkan penonton untuk tidak mencontoh apa yang mereka saksikan namun diyakini bahwa tontonan tersebut akan berpengaruh terhadap perkembangan jiwa penontonnya. Pendapat ini sesuai dengan yang diutarakan Joy (1977) yang mengatakan bahwa menyaksikan perkelahian dan pembunuhan meskipun sedikit pasti akan menimbulkan rangsangan dan memungkinkan untuk meniru model kekerasan tersebut.
Keinginan untuk mempraktekkan metode agresi baru semakin kuat sehingga kemampuan untuk mengendalikan diri berkurang. Keinginan untuk dianggap sebagai seorang “jagoan” menjadikan anak terpancing untuk meniru apa yang telah dilihatnya. Kondisi ini didukung dengan berkurangnya kepekaan mereka terhadap kekerasan itu sendiri. Anak tidak lagi memiliki perasaan bersalah dan juga rasa kasihan melihat korbannya jatuh tak berdaya. Kepuasan justru menjadi akhir dari jatuhnya korban. Pengakuan sebagai “jagoan” membuat mereka menjadi tidak peka terhadap penderitaan orang lain walaupun itu korban perilakunya sendiri.
Studi menunjukkan, akibat dari banyaknya menonton tayangan kekerasan, orang tidak lagi mudah merasakan penderitaan atau rasa sakit yang dialami orang lain (Baron, 1974 dalam Baron & Byrne, 2004). Flora (2004) menyatakan bahwa secara biologis, ketika menonton tayangan yang menyakitkan atau kekerasan, aktivitas otak akan bergerak dari ranah bahasa di otak kiri ke otak kanan yang mendominasi proses emosi dan pengkodean gambaran visual. Itu sebabnya menonton memberi dampak emosional yang lebih kuat dari pada membaca. Jika hal ini terlalu banyak, maka kita akan menjadi kebas dan tidak peka lagi dengan kekerasan.
Bandura dalam Tan (1981) mengatakan teori belajar sosial menekankan peran imitasi terhadap perilaku orang lain sebagai penyebab agresi. Orang yang baru saja melihat orang lain bertindak agresif cenderung melakukan hal yang sama pada situasi yang mirip. Imitasi atau peniruan merupakan salah satu faktor yang dominan pada anak-anak, karenanya timbil istilah bahwa anak-anak adalah imitator ulung. Proses inilah yang menjadikan usia anak sangat rentan terhadap pengaruh adegan kekerasan di televisi. Pada tahap ini, anak belum sampai pada proses berfikir yang terlalu kompleks. Kemampuan meniru yang sangat besar menyebabkan anak memiliki kecenderungan meniru apa saja yang dia lihat dan dijadikan referensi. Tidak heran apabila anak meniru gaya Naruto, Dragon Ball atau shincan. Apabila sekedar meniru gaya sang tokoh baik dari model pakaian atau gaya bicara tentu tidak menjadi masalah.
Sears (1991) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku agresi, yaitu proses belajar, peniruan (imitasi), penguatan (reinforcement) dan norma sosial. Proses imitasi dilanjutkan dengan proses penguatan yang biasanya diperoleh dari keluarga. Penggambaran sosok anak laki-laki haruslah pemberani, kuat dan dapat membela diri merupakan salah satu bentuk penguatan terhadap perilaku agresi. Norma sosial yang berlaku di masyarakat masih memberikan kesempatan bagi anak laki-laki untuk menunjukkan “kejagoanannya” semakin memperkuat munculnya sikap agresi pada anak.
2. Teori Katarsis
Teori khatarsis (chatarsis theory) diambil dari psikoanalisis Sigmund Freud. Menurut Freud (1975) dalam Rakhmat (2004), manusia digerakkan oleh dua naluri, yaitu eros dan thanatos. Eros adalah naluri konstruktif, sedangkan thanatos adalah naluri destruktif. Pada dasarnya, manusia memiliki sifat agresif seperti suka merusak, membunuh dan mengahancurkan. Dorongan agresif ini tentu tidak dibenarkan untuk disalurkan dalam kehidupan masyarakat. Hambatan yang terjadi menyebabkan dorongan agresif menumpuk dan menimbulkan ketegangan. Kekuatan agresif yang terhambat akan sangat berbahaya dan sewaktu-waktu akan dapat meledak seperti halnya bom waktu.
Untuk menghindari ketegangan dan bertumpuknya agresi, manusia perlu menyalurkannya melalui fantasi. Salah satu saluran yang dapat mewakili adalah media massa. Melalui tayangan kekerasan diharapkan penonton dapat menyalurkan dorongan agresinya, demikian pula dengan tayangan seks diharapkan penonton dapat menyalurkan nafsunya.
Teori ini sangat cocok bagi pihak stasiun televisi dan produser tayangan kekerasan dan seks. Bagaimana tidak ? Untuk mengurangi tindak kekerasan maka solusi yang tepat menurut teori khatarsis adalah dengan memperbanyak tayangan kekerasan. Untuk mengurangi kejahatan seks maka tayangan seks atau pornografi perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya. Alhasil teori ini banyak dibantah oleh para ahli. Tan (1981) menyatakan bahwa teori khatarsis tidak cukup terbukti dengan penelitian ilmiah, selain itu sangat bertentangan dengan moral.
Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Perilaku Agresi Anak
Anak mengalami ketertarikan, mencerna dan belajar mencerna penayangan televisi sejak umur 2 tahun. Selanjutnya, penampilan televisi dianggap kebenaran yang senyatanya, mereka masih bias untuk membedakan mana yang nyata dan mana yang khayalan. Ketidakjelasan ini terjadi pada usia 2-6 tahun. Sedangkan pada umur 6-12 tahun, anak mulai meniru adegan-adegan yang disaksikan di televisi. Dengan pembiasaan melihat televisi, anak yang belum mampu menyaring apa yang dilihatnya menerima apa yang ditayangkan adalah sebagai norma sosial dan mempraktekkan dalam pola perilaku ketika berhubungan dengan orang lain.
Pemahaman dan penyerapan anak tidak hanya lewat televisi saja. Apalagi televisi yang hanya menayangkan program-program anak yang relatif terbatas. Banyak sekali, alat-alat permainan yang menganggap tv hanya sebagai media lanjutan. Contoh konkretnya adalah play station. Permainan yang diwujudkan dalam dua dimensi ini mampu mewujudkan anak sebagai pribadi jagoan atau satria. Banyak orang melihat permainan ini, sebagai penguji ketangkasan yang dapat melatih potensi rohani untuk menyelesaikan masalah yang rumit. Namun di sisi lain justru melemahkan kemauan anak untuk belajar. Khayalan anak melalui permainan ini memacunya menjadi semacam jagoan dengan kekuatan ajaib untuk menghancurkan lawan-lawannya. Penghancuran lawan-lawannya adalah dalam rangka tugas yang disebut dengan misi kemanusiaan. Sisi yang lain, permainan ilusi ini merupakan penaruhan kekerasan sebagai cara menghancurkan kekerasan. Permainan ini sering disebut dengan Role Playing Game.





B.Citra terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima. Media massa bekerja untuk menyampaikan informasi. Buat khlayak, informasi itu dapat membentuk, mempertahankan atau meredefinisikan citra.
Realitas yang di tampilkan media adalah realitas yang sudah di seleksi (realitas tangan kedua). Karena kita tidak dapat dan tidak sempat mengecek peristiwa-peristiwa yang di sajikan media, kita cenderung memperoleh informasi itu semata-mata berdasarkan apa yang dilaporkan media massa sehingga akhirnya kita membentuk citra tentang lingkungan sosial kita berdasarkan realitas kedua yang di tampilkan media massa.
Gerbner (1978) melaporkan penelitian berkenaan dengan persepsi penonton televisi tentang realitas sosial. ” Ia menemukan bahwa penonton televisi kelas berat cenderung memandang lebih banyak orang yang berbuat jahat, lebih merasa bahwa berjalan sendirian berbhaya, dan lebih berpikir bahwa orang hanya memikirkan dirinya sendiri. Jelas citranya tentang dunia di pengaruhi oleh apa yang di lihatnya dalam televisi.
Jalaluddin Rakhmat, dalam bukunya Psikologi Komunikasi menyatakan: “kepribadian terbentuk sepanjang hidup kita. Selama itu pula komunikasi menjadi penting untuk pertumbuhan pribadi kita. Melalui komunikasi, kita menemukan diri kita, mengembangkan konsep diri kita dan menetapkan hubungan kita dengan dunia sekitar kita”.
Komunikais massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan asinonim melalui media cetak atau elektronik, sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Rakhmat, 1986. h. 178). Karena itulah televisi sangat bermanfaat sebagai upaya pembentukan sikap perilaku dan sekaligus perubahan pola pikir.
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam dan dan luar. Pada saat ini pengaruh luar yang paling banyak diterima oleh anak-anak dan tujuannya untuk merangsang mereka adalah melalui tayangan televisi berupa adegan kekerasan dan seksual.
Suatu respon atau tindakan seorang anak terutama yang dianggap suatu kreativitas biasanya sering dihubungkan dengan tindakan melihat. Melihat dalam bahasa inggris to see artinya mengerti dan memahami. Memang seakan-akan fungsi mata, fungsi visual itu penting dalam gerak pikir manusia. Dengan mata itulah manusia mengukur suatu realita. Anak kecil, justru karena pengetahuannya masih terbatas, masih mampu untuk memandang seperti apanya. Melihat tanpa diganggu oleh fungsi yang lazim dikaitan dengan sesuatu. Dalam proses belajar anak, banyak diantara kita tidak menghendaki anak-anaknyan hanya mampu meniru.
Piaget dalam penelitiannya mengenai perkembangan anak mengemukakan bahwa perkembangan anak dibagi tiga yaitu: perkembangan kognitif, perkembangan psikomotorik dan perkembangan affektif.
Kognisi adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati, jika tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Sedangkan defenisi inteigensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan seseorang untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungannya secara efisien menurut Wechsler (dalam Gunarso, 1997).
Psikomotorik adalah keterampilan untuk menggunakan organ-organ tubuh, suatu kegiatan organ tubuh seperti otot, syaraf dan kelenjar.
Sedang affektif (afek, afeksi), kasih sayang, cinta adalah perasaan yang kuat, satu kelas yang luas dari proses-proses mental, termasuk perasaan emosi, suasana hati, dan tempramen. Secara historis, afeksi tersebut dibedakan dari kognisi (cognition, pengenalan) dan volisi atau kemauan (vilition) dan (titchener) kesenangana dan ketidaksenangan.
Defenisi lain dari affektif adalah kemampuan mengolah kepekaan rasa dan emosi berdasarkan kebenaran yang relatif.
Dari ketiga perkembangan anak yang dikemukakan oleh Piaget, perkembangan affektilah yang dapat secara langsung berpengaruh kpada anak. Anak melihat sesuatu tanpa diganggu oleh fungsi secara lazim dilekatkan pada sesuatu itu.
Dalam hidup kita dipenuhi dengan peran yang dimainkan otak, dan itu semua mempengaruhi tindakan kita. Entah itu tindakan atas kemauan sendiri ataupun tindakan yang terjadi karena pengaruh lingkungan/kelompok.
Pada dasarnya manusia itu mempunyai naluri, entah itu naluri untuk bertahan hidup, atau naluri untuk bersosialisasi. Bisa dikatakan perilaku tipikal spesies disebut “insting”, yang merupakan sumbangan biologi yang sangat jelas terhadap perilaku.




C.  Dalamhubungan antara dua orang, pengaruh sikap sering disebut pengaruh sosial. Dalam obrolan dengan biro penasihat hal ini disebut bujukan halus (gentle persuasion).
Bila diterapkan pada konteks komunikasi publik dan komunikasi massa, proses
mempengaruhi sikap disebut membujuk (persuasi).
Jenis pemahaman lainnya yang berpengaruh besar dalam hubungan insani
adalah memahami motivasi orang lain.  hubungan tidak dapat dikatakan sebagai hubungan personal di saat hubungan yang berlangsung merupakan hubungan anatara berbaagai personal yang terkait dalam hubungan ini dimana telah di tentukan berbagai kaiatan untuk dapat menjalin sebuah hubungan karena adanya penyamaan persepsi melalui sebuah komunikasi,
Menurut Craig A Braid yang dikutip lewat Tubbs dan Moss (1995)
mengatakan bahwa komunikasi yang efektif membutuhkan kepekaan dan
keterampilan yang hanya dapat dilakukan setelah mempelajari proses komunikasi
dan kesadaran akan apa yang seseorang dan orang lain lakukan ketika sedang
berkomunikasi. Mempelajari komunikasi yang efektif pada dasarnya adalah
berusaha memahami apa yang menyebabkan orang lain berperilaku sebagaimana
Komunikasi dikatakan efektif apabila orang berhasil meyampaikan apa
yang dimaksudkannya. Sebenarnya ini hanyalah satu dari ukuran efektivitas
komunikasi. Secara umum, komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang
disampaikan dan yang dimaksudkan oleh pengirim atau sumber berkaitan erat
dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.
Definisi awal mengenai komunikasi awal tidak memadai (bila orang
berhasil menyampaikan maksudnya) adalah bahwa dalam berkomunikasi,
mungkin manusia menginginkan sebuah hasil atau lebih dari beberapa
kemungkinan hasil yang dapat diperoleh. Lima hal yang dapat dijadikan ukuran
bagi komunikasi yang efektif, yaitu pemahaman, kesenangan, pengaruh terhadap
sikap, hubungan yang makin baik dan yang terakhir adalah tindakan. Berikut ini
akan diuraikan secara singkat mengenai masing-masing aspek dalam uraian
Arti pokok pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan
rangsangan seperti yang dimaksudkan oleh pengirim pesan. Dalam hal ini
komunikator dikatakan efektif bila penerima memperoleh pemahaman yang
disampaikannya
menyampaikan pesan tanpa disengaja yang juga dipahami dengan baik).
D. Kegagalan utama dalam berkomunikasi adalah ketidakberhasilan dalam
menyampaikan isi pesan secara cermat semakin banyak jumlah orang yang
terlibat dalam konteks komunikasi, semakin sulit pula untuk menentukan seberapa
cermat pesan diterima. Ini merupakan salah satu sebab mengapa diskusi kelompok
seringkali berubah menjadi arena bebas. Komentar demi komentar menjadi nyaris
saling lepas, tanpa kaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Bahkan
kelompok yang sudah punya pegangan agenda pun bisa saja mengalami kegagalan
dalam mewujudkan resolusi yang diperlukan bagi pemecahan masalah mereka.
Situasi semacam ini memerlukan lebih banyak lagi penjelasan, penyimpulan dan
Tujuan komunikasi publik dapat pula untuk kesenangan, misalnya ceramah
setelah makan malam dan celoteh seorang penghibur yang sengaja dilakukan
untuk menyenangkan hadirin. Sepanjang sejarah belum pernah ada kebutuhan
yang demikian besar akan keahlian berunding secara internasional, yakni
kemampuan para perunding untuk mempengaruhi pihak lain dengan cara yang
positif dan konstruktif. Di sini memahami dan menyetujui adalah dua hal yang
pesan
seseorang,
menyetujuinya, bahkan boleh saja setelah memahaminya semakin lebih tidak
setuju daripada sebelumnya. Tindakan mempengaruhi orang lain merupakan
bagian dari kehidupan sehari-hari. Dalam berbagai situasi seseorang pasti
berusaha mempengaruhi sikap orang lain, dan berusaha keras agar orang lain
memahami ucapannya. Proses mengubah dan merumuskan kembali sikap, atau
pengaruh sikap (attitude influence) berlangsung terus seumur hidup. Dalam
hubungan antara dua orang, pengaruh sikap sering disebut pengaruh sosial. Dalam
obrolan dengan biro penasihat hal ini disebut bujukan halus (gentle persuasion).
Bila diterapkan pada konteks komunikasi publik dan komunikasi massa, proses
mempengaruhi sikap disebut membujuk (persuasi).
Jenis pemahaman lainnya yang berpengaruh besar dalam hubungan insani
adalah memahami motivasi orang lain. Kadang-kadang komunikasi dilakukan
bukan untuk menyampaikan informasi atau untuk mengubah sikap seseorang tapi
Ada beberapa contoh tindakan yang menjadi penentu utama bagi
keberhasilan seorang komunikator. Mendorong orang lain untuk melakukan
tindakan yang sesuai dengan yang diinginkan merupakan hasil yang paling sulit
dicapai dalam berkomunikasi. Tampaknya lebih mudah mengusahakan agar pesan
lebih dapat dipahami daripada mengusahakannya agar pesan tersebut disetujui.
Selanjutnya lebih mudah membuat orang lain setuju (misalnya setuju untuk
berolah raga secara teratur) daripada membuatnya melakukan olah raga. Beberapa
perilaku muncul karena paksaan, tekanan sosial, atau karena peranan dokter.
Semua ini tidak memerlukan perubahan sikap terlebih dahulu. Biasanya tindakan
sukarela muncul terlebih dahulu sebelum terjadi perubahan sikap. Kesulitan dalam
mengusahakan agar penerima pesan melakukan tindakan seperti yang diharapkan
oleh penerima pesan menjadi jauh lebih besar dalam konteks komunikasi
organisasional dan komunikasi massa.


DAFTAR PUSTAKA

Rakhmat, Jalaluddin (1985), Psikologi Komunikasi – Edisi Revisi, PT. Remaja Rosdakarya, cetakan keduapuluhtiga, Bandung, 2005.
Rakhmat, Jalaluddin (1985), Psikologi Komunikasi – Edisi Revisi, PT. Remaja Rosdakarya, cetakan keduapuluhsatu, Bandung, 2004.
Rivers, William L., Jay W. Jensen, & Theodore Peterson (2003), Media Massa & Masyarakat Modern, edisi kedua, Prenada Media, Jakarta, 2003.
Baron, R.A. (1979), Social Psychology – Understanding Human Interaction. Allyn & Bacon, 1979

WE ARE 4

JO (TEKNIK P'ENING)

TEORI KOMUNIKASI


TEORI KOMUNIKASI

         Hasil pengamatan terhadap komunikasi antarmanusia menghasilkan berbagai teori komunikasi yang intinya adalah upaya para ahli menjelaskan cara manusia berkomunikasi dan yang akan terjadi selama komunikasi itu berlangsung. Teori komunkasi yang dihasilkan saat ini jumlah nya sangat banyak karena komunikasi itu sendiri merupakam bidang yang sangat luas.  Upaya untuk menjelaskan suatu pengalaman adalah teori, yaitu gagasan atau ide bagaimana sesuatu dapat terjadi.
Ada 3 pendekatan dalam teori komunikasi
1.      pendekatan scientific
2.      pendekatan humanistic
3.      pendekatan social science
Pengertian Teori Komunikasi dan Ilmu Komunikasi
Pengertian tentang ilmu komunikasi mencakup ketiga ciri ilmu di atas, dengan objek perhatiannya difokuskan pada peristiwa-peristiwa komunikasi antarmanusia. Menurut Berger dan Chaffee dalam bukunya Handbook of Communication Science, ilmu komunikasi adalah suatu pengamatan terhadap produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang melalui pengembangan teori-teori yang dapat diuji dan digeneralisasikan dengan tujuan menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang.
Dari definisi ilmu komunikasi tersebut, terdapat 3 pokok pikiran:
1.      Objek pengamatan yang jadi fokus perhatian dalam ilmu komunikasi adalah produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang dalam konteks kehidupan manusia.
2.      Ilmu komunikasi bersifat ilmiah-empiris (scientific) dalam arti pokok-pokok pikiran dalam ilmu komunikasi (dalam bentuk-teori-teori) harus berlaku umum.
3.      Ilmu komunikasi bertujuan menjelaskan fenomena sosial yang berkaitan dengan produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang.

Berdasarkan dari definisi tersebut dan uraian tentang ciri-ciri ilmu, dapat dikatakan bahwa ilmu komunikasi pada dasarnya adalah pengetahuan tentang peristiwa komunikasi yang diperoleh melalui suatu penelitian tentang  sistem, proses dan pengaruhnya yang dilakukan secara rasional dan sistematik serta kebenarannya dapat diuji dan digeneralisasikan.

Pengertian ilmu komunikasi yang dijelaskan oleh Berger dan Chaffee tersebut memberikan 3 (tiga) pokok pikiran.
a. objek pengamatan yang jadi fokus perhatian dalam ilmu komunikasi adalah produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang dalam konteks kehidupan manusia.
b. ilmu komunikasi bersifat “ilmiah-empiris” (scientific) dalam arti pokok-pokok pikiran dalam ilmu komunikasi (dalam bentuk teori-teori) harus berlaku umum.
c. ilmu komunikasi bertujuan menjelaskan fenomena sosial yang berkaitan dengan produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang.

Sifat dan tujuan teori
 menurut Abraham Kaplan (1964), adalah bukan semata untuk menemukan fakta yang tersembunyi, tetapi juga suatu cara untuk melihat fakta, mengorganisasikan serta merepresentasikan fakta tersebut. Suatu teori harus sesuai dengan dunia ciptaan Tuhan, dalam arti dunia yang sesuai dengan ciri yang dimilikinya sendiri. Dengan demikian teori yang baik adalah teori yang sesuai dengan realitas kehidupan. Teori yang baik adalah teori yang konseptualisasi dan penjelasannya didukung oleh fakta serta dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Apabila konsep dan penjelasan teori tidak sesuai dengan realitas, maka keberlakuannya diragukan dan teori demikian tergolong teori semu.

Pengertian Teori dalam Komunikasi


            Teori pada dasarnya merupakan konseptualisasi atau penjelasan logis dan empiris tentang suatu fenomena. Teori mempunyai  dua ciri umum:
1.      Semua teori merupakan abstraksi tentang suatu hal. Karena itu teori sifatnya terbatas. Teori tentang radio kemungkinan tidak dapat menjelaskan hal-hal yang menyangkut televisi.
2.      Semua teori merupakan konstruksi ciptaan individual manusia. Oleh sebab itu sifatnya relatif dalam arti tergantung pada cara pandang si pencipta teori, sifat dan aspek yang diamati serta kondisi-kondisi lain yang mengikat seperti waktu, tempat dan lingkungan di sekitarnya.

Berdasarkan uraian tersebut, teori komunikasi pada dasarnya merupakan konseptualisasi atau penjelasan logis dan empiris tentang fenomena/  peristiwa komunikasi dalam kehidupan manusia. Peristiwa yang dimaksudkan adalah  mencakup produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem dan tanda serta lambang yang terjadi dalam kehidupan manusia. Penjelasan dalam teori, tidak hanya menyangkut penyebutan nama dan pendefinisian variabel-variabel, tetapi juga mengidentifikasikan keberaturan hubungan diantara variabel. Sedangkan sifat dan tujuan teori adalah bukan semata untuk menemukan fakta yang tersembunyi, tetapi juga suatu cara untuk melihat fakta, mengorganisasikan serta merepresentasikan fakta tersebut. Suatu teori harus sesuai dengan realitas kehidupan. Teori yang baik adalah teori yang konseptualisasi dan penjelasannya didukung oleh fakta serta dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Apabila konsep dan penjelasan teori tidak sesuai dengan realitas, maka keberlakuannya diragukan dan teori seperti itu, tergolong teori semu.

Teori juga mempunyai fungsi. Menurut Littlejohn, fungsi teori ada 9 (sembilan):
(1) mengorganisasikan dan menyimpulkan,
(2) memfokuskan,                
(3) menjelaskan,
(4) mengamati,
(5) membuat prediksi,
(6) heuristik,                         
(7) komunikasi,
(8) kontrol/mengawasi, dan
(9) “generatif”.

a. teori adalah mengorganisasikan dan menyimpulkan pengetahuan, tentang sesuatu hal. Ini berarti bahwa dalam mengamati realitas kita tidak boleh melakukannya secara sepotong-sepotong. Kita perlu mengorganisasikan dan mensintesiskan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan dunia. Pola-pola dan hubungan-hubungan harus dapat dicari dan ditemukan. Pengetahuan kita tentang pola-pola dan hubungan-hubungan ini kemudian diorganisasikan dan disimpulkan. Hasilnya (berupa teori) akan dapat dipakai sebagai rujukan atau dasar bagi upaya-upaya studi berikutnya.
b. teori Fungsi yang kedua adalah memfokuskan. Artinya hal-hal atau aspek-aspek dari suatu objek yang diamati harus jelas fokusnya. Teori pada dasarnya hanya menjelaskan tentang suatu hal, bukan banyak hal.
c. teori adalah menjelaskan. Maksudnya adalah bahwa teori harus mampu membuat suatu penjelasan tentang hal yang diamatinya. Penjelasan ini tidak hanya berguna untuk memahami pola-pola, hubungan-hubungan, tetapi juga untuk menginterpretasikan peristiwa-peristiwa tertentu.
d. teori pengamatan, menunjukkan bahwa teori tidak saja menjelaskan tentang apa yang sebaiknya diamati tetapi juga memberikan petunjuk bagaimana cara mengamatinya. Oleh karena itulah teori yang baik adalah teori yang berisikan konsep-konsep operasional. Konsep operasional ini penting karena bisa dijadikan sebagai patokan untuk mengamati hal-hal rinci yang berkaitan dengan elaborasi teori.
e. teori adalah membuat prediksi. Meskipun kejadian yang diamati berlaku pada masa lalu, namun berdasarkan data dan hasil pengamatan ini harus dibuat suatu perkiraan tentang keadaan yang bakal terjadi apabila hal-hal yang digambarkan oleh teori juga tercerminkan dalam kehidupan di masa sekarang. Fungsi prediksi ini terutama sekali penting bagi bidang-bidang kajian komunikasi terapan seperti persuasi dan perubahan sikap, komunikasi dalam organisasi, dinamika kelompok kecil, periklanan, “public relations”, dan media massa.
f. teori adalah fungsi heuristic atau heurisme. Aksioma umum menyebutkan bahwa teori yang baik adalah teori yang mampu merangsang penelitian. Ini berarti bahwa teori yang diciptakan dapat merangsang timbulnya upaya-upaya penelitian selanjutnya. Hal ini dapat terjadi apabila konsep-konsep dan penjelasan-penjelasan teori cukup jelas dan oeprasional sehingga dapat dijadikan pegangan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
g. teori komunikasi, menunjukkan bahwa teori seharusnya tidak menjadi monopoli si penciptanya. Teori harus dipublikasikan, didiskusikan, dan terbuka terhadap kritikan-kritikan. Dengan cara ini maka modifikasi dan upaya penyempurnaan teori akan dapat dilakukan.
h. teori fungsi kontrol, bersifat normatif. Hal ini dikarenakan bahwa asumsi-asumsi teori dapat kemudian berkembang menjadi norma-norma atau nilai-nilai atau nilai-nilai yang dipegang dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, teori dapat berfungsi sebagai sarana pengendali atau pengontrol tingkah laku kehidupan manusia.
i. teori adalah fungsi “generatif”. Fungsi ini terutama sekali menonjol di kalangan pendukung tradisi/aliran pendekatan interpretatif dan teori kritis. Menurut pandangan aliran ini, teori juga berfungsi sebagai sarana perubahan sosial dan kultural, serta sarana untuk menciptakan pola dan cara kehidupan yang baru.
Menurut Littlejohn (1983:12) “In a broad sense the term model can apply to any symbolic representation of a thing, process, or idea” (dalam pengertian luas pengertian model menunjuk pada setiap representasi simbolis dari suatu benda, proses atau gagasan/ide). Pada level konseptual model merepresentasikan ide-ide dan proses. Dengan demikian model bisa berbentuk gambar-gambar grafis, verbal atau matematikal. Biasanya model dipandang sebagai analogi dari beberapa fenomena. Perbedaan antara teori dan model menurut Littlejohn dan Hawes (1983) adalah, teori merupakan penjelasan (explanation), sedangkan model hanya merupakan representasi (representation). Dengan demikian, model komunikasi dapat diartikan sebagai representasi dari suatu peristiwa komunikasi. Melalui model komunikasi bisa dilihat faktor-faktor yang terlibat dalam proses komunikasi. Akan tetapi, model tidak berisikan penjelasan mengenai hubungan dan interaksi antara faktor-faktor atau unsur-unsur yang menjadi bagian dari model. Penjelasannya diberikan oleh teori. Ini berarti terdapat kaitan antara teori dan model.
Menurut Deutsch (1966), model dalam konteks ilmu pengetahuan sosial, mempunyai empat (4) fungsi :
1.      Pertama, fungsi mengorganisasikan. Artinya, model membantu kita mengorganisasikan sesuatu hal dengan cara mengurut-urutkan serta mengaitkan satu bagian/sistem dengan bagian/sistem lainnya, sehingga kita memperoleh gambaran yang menyeluruh, tidak sepotong-potong. Aspek lainnya dari fungsi pertama ini adalah, bahwa model memberikan “gambaran umum” tentang sesuatu hal dalam kondisi-kondisi tertentu.
2.      Kedua, model membantu menjelaskan. Meskipun model pada dasarnya tidak berisikan penjelasan, namun model membantu kita dalam menjelaskan tentang suatu hal melalui penyajian informasi yang sederhana.
3.      Ketiga, fungsi “heuristik”. Artinya melalui model, kita akan dapat mengetahui sesuatu hal secara keseluruhan. Karena, model membantu kita dengan memberikan gambaran tentang komponen-komponen pokok dari sebuah proses atau sistem.
4.      Keempat, fungsi prediksi. Melalui model, kita dapat memperkirakan tentang hasil atau akibat yang akan dapat dicapai. Oleh karena itu, dalam dunia ilmiah model ini sangat penting, karena dapat dipergunakan sebagai dasar bagi para peneliti dalam merumuskan hipotesis, yakni pernyataan-pernyataan yang berisikan penjelasan mengenai kemungkinan adanya hubungan sebab-akibat antara satu faktor dengan faktor/faktor-faktor lainnya.
Komunikasi adalah suatu proses yang dinamis dan melibatkan banyak unsur atau faktor. Kaitan antara satu unsur/faktor dengan unsur/faktor lainnya dapat bersifat struktural atau fungsional. Dengan demikian, model-model komunikasi juga memberikan gambaran kepada kita tentang struktural dan hubungan fungsional dari unsur-unsur/faktor-faktor yang ada dalam sistem. Pengertian struktur menunjuk pada tatanan kedudukan dan garis hubungan antara satu unsur/faktor dengan unsur-unsur/faktor-faktor lainnya dalam sebuah sistem. Pengertian fungsional menunjuk pada tugas dan peran dari setiap unsur/faktor dalam sebuah sistem. Oleh karena itu, melalui model, kita akan dapat memahami secara mudah dan komprehensif mengenai struktur dan fungsi dari unsur-unsur/faktor-faktor yang terlibat dalam proses komunikasi, baik dalam konteks individual, diantara dua orang atau lebih, kelompok/organisasi ataupun dalam konteks komunikasi dengan masyarakat secara luas.
Denis McQuail dan Sven Windahl (1981) dalam buku mereka telah menginventarisasikan dan menjelaskan 28 buah model komunikasi. Kedua puluh delapan model komunikasi ini, menurut McQuail dan Windahl dapat dibagi dalam lima kelompok.
Ø  Kelompok Pertama, disebut sebagai model-model dasar.
Ø  Kelompok Kedua, menyangkut pengaruh personal, penyebaran dan dampak komunikasi massa terhadap  perorangan.
Ø  Kelompok Ketiga, meliputi model-model tentang efek komunikasi massa terhadap kebudayaan dan masyarakat.
Ø  Kelompok Keempat, berisikan model-model yang memusatkan perhatian pada khalayak.
Ø  Kelompok Kelima, mecnakup model-model komunikasi tentang sistem, produksi, seleksi dan alur media massa.

Lingkup Teori Komunikasi
           
             Frank E.X. Dance (1979), sorang sarjana Amerika yang menekuni bidang komunikasi, menginvestasikan 126 definisi komunikasi yang berbeda-beda  satu sama lainnya. Dari defisini-definisi ini ia menemukan adanya 15(lima belas) komponen konseptual pokok. Berikut adalah gambaran mengenai kelima belas komponen tersebut disertai dengan contoh-contoh definisinya.

1)      Simbol-Simbol/verbal/ujaran
      ”Komunikasi adalah pertukaran pikiran atau gagasan secara verbal” (Hoben, 1954)

2)      Pengertian/pemahaman
            ”Komunikasi adalah suatu proses dengan mana kita bisa memahami dan dipahami oleh orang lain. Komunikasi merupakan proses yang dinamis dan secara konstan berubah sesuai dengan yang berlaku (Anderson, 1959).

3)      Interaksi/hubungan/proses sosial
            ”Interaksi, juga dalam lingkaran biologis, adalah salah satu perwujudan komunikasi, karena tanpa komunikasi tindakan-tindakan kebersamaan tidak akan terjadi” (Mead, 1963).

4)      Pengurangan rasa ketidakpastian
      ”Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego” (Barnlund, 1964).

5)      Proses
      ”Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain, melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan lain-lain” (Berelson dan Steiner, 1964).

6)      Pengalihan/Penyampaian/Pertukaran
            ”Penggunaan kata komunikasi tampaknya menunjuk kepada adanya sesuatu yang dialihkan dari suatu benda atau orang ke benda atau orang lainnya. Kata komunikasi kadang-kadang menunjuk kepada apa yang dialihkan, alat apa yang dipakai sebagai saluran pengalihan, atau menunjuk kepada keseluruhan proses upaya pengalihan. Dalam banyak kasus, apa yang dialihkan itu kemudian menjadi milik atau bagian bersama. Oleh karena itu komunikasi juga menuntut adanya partisipasi.” (ayer, 1955).

7)      Menghubungkan/menggabungkan
      ”Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dalam kehidupan dengan bagian lainnya.” (Ruesch, 1957).

8)      Kebersamaan
      ”Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih” (Gode, 1959).

9)      Saluran/alat/jalur
      ”Komuniksi adalah alat pengiriman pesan-pesan kemiliteran perintah/order, dan lain-lain, seperti telegraf, telepon, radio, kurir, dan lain-lain” (American College Dictionary).


10)  Replikasi memori
      ”Komunikasi adalah proses yang mengarahkan perhatian seseorang dengan tujuan mereplikasi memori” (Cartier dan Harwood, 1953).

11)  Tanggapan diskriminatif
      ”Komunikasi adalah tanggapan diskriminatif dari suatu organisme terhadap suatu stimulus” (Stevens, 1950).

12)  Stimuli
      ”Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai penyampaian informasi yang berisikan stimuli diskriminatif, dari suatu sumber terhadap penerima” (Newcom, 1966).

13)  Tujuan/kesengajaan
      ”Komunikasi pada dasarnya penyampaian pesan yang disengaja dari sumber terhadap penerima dengan tujuan mempengaruhi tingkah laku pihak penerima” (Miller, 1966).

14)  Waktu/situasi
      ”Proses komunikasi merupakan suatu transisi dari suatu keseluruhan struktur situasi ke situasi yang lain sesuai pola yang diinginkan” (Sondel, 1956).

15)  Kekuasaan/kekuatan
            ”Komunikasi adalah suatu mekanisme yang menimbulkan kekuatan/kekuasaan” (Schacter, 1951).




Menurut Littlejohn (1989), berdasarkan metode penjelasan serta cakupan objek pengamatannya, secara umum teori-teori komunikasi dapat dibagi dalam  dua kelompok: (1). kelompok teori-teori umum (general theories), (2) kelompok teori-teori konstektual (contecstual theories).

Kelompok teori-teori umum:
1.      Teori-teori fungsional dan struktural
2.      Teori-teori behavioral dan cognitive
3.      Teori-teori konvensional dan interaksional
4.      Teori-teori kritis dan interpretif

Sedangkan kelompok teori-teori konstektual terdiri dari teori-teori:
1.      Komunikasi intrarpribadi
2.      Komunikasi interpersonal
3.      Komunikasi kelompok
4.      Komunikasi organisasi
5.      Komunikasi massa

A. Teori-teori fungsional dan struktural
Pendekatan strukturalisme berasal dari linguistik menekankan pengkajiannya pada hal-hal yang menyangkut pengorganisasian bahasa dan sistem sosial. Pendekatan fungsionalisme berasal dari biologi, menekankan pengkajiannya pada cara-cara mengorganisasikan dan mempertahankan sistem. Apabila ditelaah kedua pendekatan itu sama-sama mempunyai penekanan yang sama yakni tentang sistem sebagai struktur yang berfungsi.
Kedua pendekatan ini mempunyai beberapa persamaan:
1.      Kedua pendekatan ini sama-sama mementingkan synchrony (stabilitas dalam kurun waktu tertentu) daripada diachrony (perubahan dalam kurun waktu tertentu).
2.      Kedua pendekatan ini mempusatkan perhatian pada akibat-akibat yang tidak diinginkan daripada hasil-hasil yang sesuai tujuan. Kalangan strukturalis tidak mempercayai konsep-konsep subjektivitas dan kesadaran. Bagi mereka yang diamati terutama sekali adalah fakor-faktor yang berada di luar kontrol dan kesadaran manusia.
3.      Kedua pendekatan sama-sama punya kepercayaan bahwa realitas itu pada dasarnya objektif dan independent. Oleh karena itu pengetahuan, dapat ditemukan melalui metode pengamatan (observasi) empiris yang cermat.
4.      Keduanya memisahkan bahasa dan lambang dari pemikiran-pemikiran dan objek-objek yang disimbolkan dalam komunikasi. Menurut pandangan ini, dunia ini hadir karena dirinya sendiri, sementara bahasa adalah alat untuk mempresentasikan apa yang telah ada.
5.      Kedua pandangan sama-sama memegang  prinsip the correspondence theory of truth (teori kebenaran yang sesuai). Menurut teori ini bahasa harus sesuai dengan realitas. Simbol-simbol harus merepresentasikan sesuatu secara akurat.

B. Teori-teori Behavioral dan Cognitive
Dua teori ini merupakan gabungan dari dua tradisi yang berbeda. Perbedaan utama antara aliran behavioral dan kognitif dengan aliran strukturalis dan fungsional hanyalah terletak pada fokus  pengamatan dan sejarahnya. Teori-teori aliran strukturalis dan fungsional yang berkembang dari sosiologi dan ilmu sosial lainnya, cenderung memusatkan pengkajiaannya pada hal-hal yang menyangkut struktur sosial dan budaya. Sedangkan teori behavioral dan kognitif yang berkembang dari psikologi dan ilmu pengetahuan behavioralis lainnya, cenderung memusatkan perhatiannya pada diri manusia secara individual. Salah satu konsep pemikirannya yang terkenal adalah tentang model S-R (Stimulus-Respon) yang menggambarkan proses informasi antara stimulus (rangasangan) dan respons (tanggapan).

Komunikasi menurut pandangan ini, dianggap sebagai manifestasi dari tingkah laku, proses berpikir dan fungsi bio-neural dari individu. Oleh karenanya variabel-variabel penentu yang memegang peranan penting terhadap sarana kognisi seseorang (termasuk bahasa), biasanya berada di luar kontrol dan kesadaran orang tersebut.

1.      Teori-teori  Konvensional  dan  Interaksional
 Komunikasi menurut pandangan ini, dianggap sebagai alat perekat masyarakat. Kelompok teori ini berkembang dari aliran pendekatan interaksionisme simbolis (symbolic interaktionism) sosiologi dan filsafat bahasa. Menurut aliran ini, pengetahuan dapat dikemukakan melalui metode interpretasi.
Berbeda dengan teori-teori strukturalis yang memandang struktur sosial sebagai penentu, teori ini melihat struktur sosial sebagai produk dari interaksi. Fokus pengamatan teori-teori tidak terhadap struktur tetapi tentang bagaimana bahasa digunakan untuk membentuk struktur sosial serta bagaimana bahasa dan simbol-simbol lainnya diproduksi dan dipelihara serta diubah dalam penggunaannya. Makna menurut pandangan teori ini, tidak merupakan suatu kesatuan objektif yang ditransfer melalui komunikasi, tetapi muncul dari dan diciptakan melalui interaksi. Jadi makna merupakan produk dari interaksi yang dapat berubah dari waktu ke waktu sehingga sifat objektivitas dari makna adalah relatif dan temporer.

2.   Teori –Teori Kritis dan Interpretif
Karakteristik teori ini adalah pertama, penekanan terhadap peran subjektivitas yang didasarkan pada pengalaman individu. Kedua, makna atau meaning merupakan konsep kunci dalam teori-teori ini. Pengalaman dipandang sebagai dasar pemahaman makna (meaning centered). Dengan memahami makna dari pengalaman seorang akan menjadi sadar akan kehidupan dirinya. Dalam hal ini bahasa menjadi konsep sentral karena bahasa menjadi kekuatan yang mengemudikan pengalaman manusia. Ada perbedaan yang mendasar antara teori interpretif dan teori-teori kritis dalam hal pendekatannya. Teori interpretif cenderung menghindari sifat-sifat tidak preskriptif dan keputusan-keputusan absolut tentang fenomena yang diamati. Pengamatan menurutnya hanyalah sesuatu yang bersifat tentatif dan relatif. Sementara teori-teori kritis cenderung menggunakan keputusan-keputusan yang absolut, preskriptif/menentukan dan juga politis sifatnya.
           
            Berdasarkan konteks atau tingkatan analisisnya teori-teori komunikasi secara umum dapat dibagi dalam lima konteks atau tingkatan sebagai berikut :  (1) Intrapersonal communication (komunikasi intra pribadi), (2) Interpersonal Commnication (komunikasi antar probadi), (3) Group communication (komunikasi kelompok), (4) Organizational communication (komunikasi organisasi), (5) Mass communication (komunikasi massa).

(1)   Intrapersonal communication (komunikasi intra pribadi) adalah suatu proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang. Yang jadi pusat perhatian disini adalah bagaimana jalannya proses pengolahan informasi yang dialami seseorang melalui sistem syaraf dan inderanya. Teori-teori komunikasi intra pribadi umumnya membahas mengenai proses pemahaman, ingatan dan interpretasi terhadap simbol-simbol yang ditagkap melalui pancaindera.

(2)   Interpersonal Communication (komunikasi antar pribadi) adalah suatu komunikasi antara probadi adalah komunikasi antar perorangan dan bersifat pribadi baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium) ataupun tidak langsung (melalui medium). Kegiatan-kegiatan seperti percakapan tatap muka (face to face communication), percakapan melalui telepon, surat menyurat pribadi, merupakan contoh-contoh komuniksi antarpribadi. Teori-teori komunikasi antar pribadi umunya memfokuskan pengamatannya pada bentuk-bentuk dan sifat hubungan (relationships), percakapan (discourse), interaksi dan karakteristik komunikator.


(3)   Group communication (komunikasi kelompok) menfokuskan  pembahsannya pada interaksi diantara orang-orang dalam kelompok-kelompok kecil. Komunikasi kelompok  juga melibatkan antarpribadi. Teori-teori  komunikasi kelompok antara lain membahas tentang dinamika kelompok, efesiensi dan efektivitas penyampaian informasi dalam kelompok, pola dan bentuk interaksi, serta pembuatan keputusan.


(4)   Organizational communication (komunikasi organisasi) menunjuk pada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi di dalam dan jaringan organisasi. Komunikasi organisasi melibatkan bentuk-bentuk komunikasi formal dan informal, serta bentuk-bentuk komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok. Pembahsan teori-teori komunikasi organisasi antara lain menyangkut struktur dan fungsi organisasi, hubungan antara manusia, komunikasi dan proses pengorganisasian,  serta kebudayaan organisasi.


(5)   Mass communication (komunikasi massa)ada;ah komunikasi melalui media massa yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang besar. Proses komunikasi massa melibatkan aspek-aspek komunikasi intra pribadi, komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi. Teori-teori komunikasi massa umumnya memfokuskan perhatiannya pada hal-hal yang menyangkut struktur media, hubungan media dan masyarakat, hubungan antara media dan khalayak, aspek-aspek budaya dari komunikasi massa, serta dampak atau hasil komunikasi massa terhadap individu.

Lasswell ahli ilmu politik amerika serikat pada tahun 1948 mengemukakan suatu ungkapan yang sangat terkenal dalam teori dan penelitian komunikasi massa. Ungkapan yang merupakan cara sederhana untuk memahami proses komunikasi massa adalah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut :
1.      Siapa (Who),
2.      Berkata Apa (Says What),
3.      Melalui Saluran Apa (In Which Channel),
4.      Kepada Siapa (To Whom),
5.      Dengan Efek Apa (With What Effect?).